PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Organisasi
publik mangadakan proses rekrutmen pegawai untuk menambah, mempertahankan atau
menyesuaiakan tenaga kerja menurut kebutuhan-kebutuhan SDM. Keberhasilan dari rekrutmen
sangat ditentukan oleh kematangan perencanaan SDM sebelumnya. Apabila tesedia
sebuah rencana yang jelas dan matang, maka terjadinya kesalahan dalam proses
rekrutmen dapat dikendalikan oleh organisasi publik.
Pegawai
merupakan sumber daya paling penting dalam organisasi publik. Pegawai yang baik
dan memenuhi persyaratan, hanya akan dapat diperoleh melalui proses rekrutmen
yang efektif. Untuk dapat melakukan proses rekrutmen secara efektif harus
tersedia informasi akurat dan berkelanjutan mengenai jumlah dan kualifikasi
individu yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai tugas pokok dan fungsi
dalam organisasi.
Proses
rekrutmen dimulai pada waktu mencari pelamar dan berakhir ketika pelamar
mengajukan lamaran-lamarannya. Artinya, dapat dikatakan bahwa langkah selanjutnya
setelah proses rekrutmen, yaitu seleksi, bukan lagi merupakan bagian dari
rekrutmen. Jika proses rekrutmen ditempuh dengan tepat dan baik, hasilnya ialah
adanya sekelompok pelamar yang kemudian diseleksi guna menjamin bahwa hanya yang
paling memenuhi persyaratanlah yang diterima sebagai pekerja dalam organisasi
yang memerlukannya.
Berbagai
langkah yang diambil dalam proses rekrutmen merupakan salah satu tugas pokok
tenaga spesialis yang dikenal dengan istilah pencari tenaga kerja. Para pencari
tenaga kerja harus dapat memahami dan menentukan metode rekrutmen yang akan
digunakan. Jika mereka mampu memilih metode rekrutmen yang tepat, hasilnya
adalah terjaringnya sekelompok pelamar yang dianggap paling memenuhi berbagai persyaratan
untuk mengisi berbagai lowongan yang terdapat dalam suatu organisasi. Namun,
mereka belum tentu selalu memahami persyaratan teknis yang diperlukan, karena
meskipun mereka memang ahli dalam semua segi proses rekrutmen tetapi belum
tentu dalam segi-segi teknikal dari semua jenis pekerjaan yang terdapat dalam
organisasi.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut :
1.
Apa yang
dimaksud dengan rekrutmen?
2.
Tujuan diadakan
rekrutmen?
3. Bagaimana
kendala-kendala dalam rekrutmen?
4. Bagaimana
teknik-teknik rekrutmen pegawai?
5. Mengapa
perlu mengadakan proses rekrutmen?
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Rekrutmen
Melalui
rekrutmen organisasi dapat melakukan komunikasi dengan pihak-pihak tertentu
untuk memperoleh sumber daya manusia yang potensial, sehingga akan banyak
pencari kerja dapat mengenal dan mengetahui organisasi yang pada akhirnya akan
memutuskan kepastian atau tidaknya dalam bekerja.
Ada beberapa
pengertian rekrutmen menurut para ahli, sebagai berikut:
a.
Henry Simamora (1997:212) dalam buku
koleksi digital Universitas Kristen Petra menyatakan bahwa “Rekrutmen
(Recruitment) adalah serangkaian aktivitas mencari dan memikat pelamar kerja
dengan motivasi, kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan guna
menutupi kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian.”
b.
Drs. Fautisno Cardoso Gomes (1995:105)
menyatakan bahwa “rekruitmen merupakan proses mencari, menemukan dan menarik
para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi.”
c.
Menurut Randall S. Schuler dan Susan
E. Jackson (1997:227) dalam Nanang Nuryanta (2008) rekrutmen antara
lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat
dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat menyeleksi
orang-orang yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
d.
Menurut Noe at. all ( 2000 ) rekrutmen
didefinisikan sebagai pelaksanaan atau aktifitas organisasi awal dengan tujuan
untuk mengidentifikasi dan mencari tenaga kerja yang potensial.
e. Menurut Ivancevich dan glueck (dalam
Sukamti,1989:1 33) rekrutmen adalah serentetan kegiatan yang digunakan oleh
organisasi untuk menarik calon pegawai yang memiliki kemampuan dan sikap
yang dibutuhkan untuk membantu mencapai tujuannya.
f. Menurut Schuler dan Youngblood (dalam
Sukamti, 1989:1 33) rekrut (recruitmen) adalah serentetan kegiatan
dan proses yang digunakan untuk mendapatkan secara sah orang-orang yang
tepat dan dalam jumlah yang cukup. Pada tepat dan waktu yang tepat sedemikian sehingga
orang dan organisasi dapat memilih satu dengan lainnya sesuai dengan keinginan
mereka dalam jangka waktu pendek dan panjang.
Jadi
rekrutmen adalah kegiatan mencari, menarik pekerja baru yang memiliki
kemampuan, keahlian dan pengetahuan serta memenuhi syarat tertentu dari suatu
organisasi untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
B. Tujuan
Rekrutmen
Program rekrutmen yang baik perlu melayani banyak tujuan.
Tujuan rekrutmen sering disebutkan adalah memikat sekumpulan besar pelamar
kerja, namun kumpulan-kumpulan pelamar tersebut sedemikian besarnya sehingga
sangat mahal biaya untuk pemrosesan. Untuk itu aktivitas rekrutmen perlu
memantapkan tujuan-tujuannya. Adapun tujuan rekrutmen adalah meliputi :
a. Rekrutmen sebagai alat keadilan
sosial
Rekrutmen yang bertujuan pencapaian keadilan sosial lebih
berpihak pada kepentingan publik secara umum, bukan melihat pada kepentingan
spesifik yang harus dicapai oleh organisasi. Rekrutmen dilakukan dengan
memberikan pertimbangan proporsional kepada pihak yang perlu dilindungi, yang
sangat mungkin berposisi sebagai pihak dirugikan akibat rekrutmen, apabila
dibiarkan.
b. Rekrutmen sebagai teknik untuk
memaksimalkan efisiensi
Rekrutmen yang bertujuan untuk memaksimumkan efisiensi
merupakan sebuah rekrutmen yang biasanya dilakukan secara ketat. Tujuan
rekrutmen dapat menjaring calon pegawai yang berkualitas, sehingga jika
diterima kelak dapat memenuhi tuntutan organisasi.
c. Rekrutmen sebagai strategi
responsivitas politik
Rekrutmen yang bertujuan untuk responsivitas politik, hal
ini disesuaikan dengan gejolak di suatu Negara, masalah-masalah diperbatasan,
perubahan kebijakan publik yang dibuat. Dengan kondisis yang berubah-ubah
sangat mungkin kebutuhan SDM secara sektoral berubah-ubah pula.
Sedangkan Menurut Henry
Simamora (1997:214) rekrutmen memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai
berikut:
·
Untuk memikat sebagian besar pelamar
kerja sehingga organisasi akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
melakukan pemilihan terhadap calon-calon pekerja yang dianggap memenuhi standar
kualifikasi organisasi.
·
Tujuan pasca pengangkatan
adalah penghasilan karyawan-karyawan yang merupakan pelaksana-pelaksana yang
baik dan akan tetap bersama dengan perusahaan sampai jangka waktu yang masuk
akal.
·
Meningkatkan citra umum organisasi,
sehingga para pelamar yang gagal mempunyai kesan-kesan positif terhadap
organisasi atau perusahaan.
C.
Berbagai
Kendala Dalam Rekrutmen
Berbagai
penelitian dan pengalaman banyak orang dalam hal rekrutmen menunjukkan bahwa
kendala yang biasa dihadapi itu dapat mengambil tiga bentuk, yaitu kendala yang
bersumber dari organisasi yang bersangkutan sendiri, kebiasaan para pencari
tenaga kerja sendiri dan faktor-faktor eksternal yang bersumber dari lingkungan
dimana organisasi bergerak.
1. Faktor-faktor
Organisasional
Berbagai
kebijaksanaan yang ditetapkan dan diberlakukan dalam suatu organisasi
dimaksudkan agar organisasi yang bersangkutan semakin mampu mencapai berbagai
tujuan dan sasarannya. Namun, mungkin saja berbagai kebijaksanaaan tersebut
membatasi ruang gerak para pencari tenaga kerja baru. Beberapa kebijaksanaan
yang mungkin menjadi kendala dalam proses rekrutmen.
a. Kebijaksanaan
Promosi Dari Dalam
Dengan
kebijaksanaan “promosi dari dalam”, para pekerja dapat meningkatkan semangat
kerjanya karena prospek kariernya yang semakin cerah. Namun, jika dalam suatu
organisasi dianut kebijaksanaan bahwa dalam hal terjadinya lowongan, lowongan
itu diisi oleh para pekerja yang sudah menjadi karyawan organisasi, tentunya
para pencari tenaga kerja tidak usah lagi berpaling ke sumber-sumber tenaga
kerja di luar organisasi.
b. Kebijakan
Tentang Imbalan
Setiap
organisasi tentunya mempunyai kebijaksanaan tentang upah dan gaji yang
diberikan kepada karyawannya sebagai imbalan atas waktu, tenaga, keahlian dan
ketrampilan serta jasa-jasa lainnya yang mereka berikan kepada organisasi.
Namun, yang dimaksud dengan sistem imbalan dalam pengelolaan sumber daya
manusia tidak terbatas hanya pada upah dan gaji saja, tetapi mencakup pula
berbagai kompensasi materiel lainnya seperti berbagai bentuk tunjangan. Kebijaksanaan
di bidang kompensasi ini dapat menjadi kendala bagi para pencari tenaga kerja
baru karena mereka hanya menawarkan tingkat penghasilan tertentu kapada pelamar
berdasarkan kebijaksanaan yang berlaku bagi organisasi. Padahal tidak mustahil
adanya pelamar yang dianggap sangat pantas untuk mengisi lowongan tertentu
karena kemampuannya, mungkin saja dia menuntut tingkat imbalan yang lebih
tinggi dari yang diberikan oleh organisasi.
c. Kebijaksanaan
Tentang Status Kepegawaian
Maksudnya ialah
ketentuan tentang apakah para pegawai harus bekerja penuh bagi organisasi
ataukah bekerja separuh waktu. Jika status kepegawaian adalah pegawai purna
waktu, berarti organisasi tidak akan merekrut karyawannya bekerja separuh waktu dan juga tidak membenarkan
karyawannya bekerja di tempat lain, meskipun pada waktu senggangnya.
d. Rencana
Sumber Daya Manusia
Suatu rencana
sumber daya manusia biasanya memberi petunjuk tentang lowongan yang bagaimana
sifatnya yang diisi melalui promosi dari dalam dan lowongan yang bagaimana akan
diisi melalui rekrutmen tenaga kerja dari luar. Rencana demikian membatasi
langkah dan tindakan yang ditempuh para pencari kerja.
2. Kebiasaan
Pencari Tenaga Kerja
Pada suatu
organisasi biasanya terdapat sekelompok pegawai yang tugas utamanya adalah
melakukan rekrutmen, yaitu mereka adalah tenaga spesialis yang memahami
berbagai segi proses rekrutmen. Sebagai pencari tenaga kerja mereka harus mampu
bertindak dan berpikir rasional. Tetapi karena berbagai factor, seperti latar
belakang pendidikan dan pengalaman, para pencari kerja tersebut mungkin sudah
mempunyai kebiasaan-kebiasaan tertentu. Kebiasaan-kebiasaan tersebut tentu ada
seegi positif dan segi negatifnya.
Segi positifnya
yaitu bahwa proses rekrutmen dapat berlangsung relative cepat karena
pengetahuan dan pengalamannya, para pencari kerja telah menguasai rencana
sumber daya manusia dalam organisasi, mengetahui preferensi para manajer yang
kelak akan membawahi tenaga kerja baru dan juga mereka telah menguasai metode
rekrutmen yang paling tepat digunakan sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang
akan dilakukan.
Segi negatifnya
adalah kecerendungan berbuat kesalahan yang sama terutama apabila kesalahan
yang pernah dibuat tidak mempunyai dampak negative kuat bagi organisasi. Segi
negative lain adalah sikap pandang enteng terhadap tugasnya sehingga usaha
rekrutmen dihentikan apabila telah ada lamaran yang masuk dan tidak lagi
berusaha mencari alternative lamaran sehingga yang benar-benar terbaiklah yang
direkrut.
3.
Kondisi
Eksternal (Lingkungan)
Tidak
ada satupun organisasi yang boleh mengabaikan apa yang terjadi di sekitarnya.
Artinya dalam mengelola organisasi, factor-faktor eksternal atau lingkungan
harus selalu mendapat perhatian. Juga dalam hal merekrut tenaga kerja baru.
Contoh dari factor eksternal dalam proses rekrutmen antara lain :
a.
Tingkat
pengangguran
Apabila
tingkat pengangguran tinggi, maka para pencari tenaga kerja dapat bertindak
lebih selektif karena banyaknya pencari pekerjaan yang melamar, mungkin banyak
diantaranya yang memenuhi persyaratan melebihi ketentuan organisasi untuk
mengisi lowongan yang tersedia.
Sebaliknya,
apabila tingkat pengangguran rendah, maka para pencari tenaga kerja tidak tepat
jika “jual mahal” karena para pencari pekerjaan tidak terlalu sikar memperoleh
pekerjaan sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan pengalamannya.
b.
Kedudukan
organisasi pencari tenaga kerja baru via
a vis organisasi lain yang bergerak di bidang kegiatan yang sama atau menghasilkan
barang dan jasa sejenis. Posisis organisasi dibandingkan dengan organisasi lain
yang bergerak dalam kegiatan sejenis dapat digolongkan pada tiga keadaan: lebih
kuat, relatif sama atau lebih rendah. Kedudukan relatif suatu organisasi menentukan
sikap para pencari tenaja kerja dalam menyelenggarakan rekrutmen.
c.
Langka tidaknya
keahlian atau ketrampilan tertentu
Di
pasaran kerja, tersedia tidaknya orang yang memiliki pengetahuan dan
ketrampilan tertentu bukanlah hal yang konstan. Artinya, bisa saja terjadi
bahwa pada suatu ketika terjadi kelangkaan orang yang memiliki keahlian atau
ketrampilan tertentu. Dalam hal ini, sikap dan tindakan para pencari tenaga
kerja baru pasti berbeda dengan jika tidak menghadapi suasana kelangkaan.
d.
Proyeksi angkatan
kerja pada umumnya
Berkaitan
dengan factor demografi, seperti laju pertumbuhan pendudukan, komposisi
penduduk, jumlah dan jenis luaran lembaga-lembaga pendidikan, presentase
penduduk yang termasuk kategori angkatan kerja dan sebagainya. Para pencari
tenaga kerja akan dapat memperkirakan apakah jumlah pelamar akan banyak atau
tidak dan dengan kualifikasi yang bagaimana.
e.
Peraturan perundang-undangan
di bidang ketenagakerjaan
Berbagai
peraturan perundang-undangan merupakan faktor eksternal yang harus
diperhitungkan dan ditaati. Misalnya mengenai upah minimum, upah lembur,
ketentuan memperkejakan wanita dalam presentase tertentu, larangan
mempekerjakan wanita di malam hari, hak cuti pegawai, ketentuan mengenai cuti
hamil bagi wanita yang sudah menikah, juga larangan atau pembenaran
mempekerjakan tenaga asing.
f.
Praktek
rekrutmen oleh organisasi-organisasi lain
Teori
manajemen sumber daya manusia menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya
manusia diselenggarakan berdasarkan norma-norma etika yang berlaku di
masyarakat. Akan tetapi pengalaman menunjukkan tidak selalu demikian. Itulah
sebabnya selalu terjadi praktek-praktek pengelolaan organisasi, termasuk dalam
hal rekrutmen yang melanggar norma-norma etika tersebut.
g.
Tuntutan tugas
yang kelak akan dikerjakan oleh para pekerja baru
Dalam
hal ini terlihat bahwa pentingnya arti peranan informasi tentang analisis
pekerjaan. Dengan informasi, para pencari tenaga kerja tidak lagi berpedoman
kepada keinginan para manajer yang akan mempekerjakan tenaga baru kelak, tetapi
memperhitungkan faktor-faktor lain yang memang harus diperhitungkan.
Hal penting yang
perlu perhatian antara lain:
·
Para manajer
yang memerlukan tenaga kerja baru sering hanya mengatakan agar para pencari
tenaga kerja berusaha mencari tenaga kerja baru yang paling memenuhi syarat.
·
Sering dalam
mengelola sumber daya manusia pengertian “berpengalaman sekian tahun” diartikan
dengan “memiliki masa kerja sekian tahun”, padahal kedua hal itu berbeda.
·
Mencari tenaga
kerja yang sudah berpengalaman memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang besar.
Maka pengalaman yang dipersyaratkan benar-benar dituntut oleh pekerja yang
sedang lowong.
·
Tenaga kerja
yang sudah berpengalaman akan menuntut imbalan yang cukup tinggi. Jika tidak
yang bersangkutan mungkin tidak berminat bekerja pada organisasi yang berusaha
merekrutnya.
· Jika ternyata kemudian bahwa tenaga kerja baru itu
dipekerjakan pada satuan kerja yang tidak menuntut pengalaman, sangat mungkin
tenaga kerja baru akan bosen atau bahkan tidak berahan lama dalam organisasi.
Berbagai kendala yang
mungkin dihadapi dalam merekrut tenaga kerja harus dipertimbangkan secara
matang karena hanya dengan demikianlah waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan
sepadan dengan hasil yang dicapai, yaitu tersedianya tenaga kerja baru yang
memenuhi berbagai persyaratan dan tuntutan tugas yang akan dilaksanakan.
D.
Teknik-teknik
Rekrutmen Pegawai
Perekrutan
pegawai yang dilakukan oleh organisasi publik maupun swasta mengenal
teknik-teknik sebagai berikut:
1. Centralized Recruitment Techniqiue (Teknik
Rekrutmen yang Disentralisasikan)
Jika dalam suatu instansi mempunyai pegawai
dalam jumlah besar dan masih memerlukan pegawai dalam jumlah banyak, maka untuk
merekrut lebih baik memilih teknik rekrutmen tersentralisasi. Rekrutmen ini lebih
efisien mengingat rekrutmen dapat merekrut sejumlah besar pegawai untuk
memenuhi kebutuhan beberapa departemen. Departemen personalia secara periodik
mengestimasikan jumlah dan kualitas pegawai yang diperlukan. Dalam
kenyataannya, memprediksi kebutuhan pegawai secara akurat tidak sederhana.
Manajer personalia pusat cenderung overestimate
karena berpandangan lebih baik kelebihan daripada kurang, sehingga mengurangi
jumlah pelamar.
2. Decentralized Recruitment
Techniqiue (Teknik Rekrutmen yang Didesentralisasikan)
Teknik rekrutmen
yang didesentralisasikan biasanya dipergunakan oleh instansi-instansi yang
relatife lebih kecil, untuk kebutuhan-kebutuhan rekrutmen yang bersifat
terbatas dan dalam suatu instansi memilki berbagai tipe pegawai. Rekrutmen
semacam ini dipergunakan untuk posisi-posisi yang bersifat khusus, misalnya
untuk jabatan-jabatan profesional, ilmiah, atau administratif untuk instansi
tertentu.
Pada sistem
terdesentralisir ini setiap agen publik akan menempuh langkah-langkah
rekrutmen. Manajer personalia akan bekerja langsung sebagai pengawas dalam
rekrutmen. Hampir semua instansi akan mempergunakan teknik rekrutmen
terdesentralisir. Pertimbangan yang dipergunakan untuk memilih teknik adalah
bahwa dengan teknik ini instansi dapat secara langsung mengendalikan proses
rekrutmen. Kelemahan dalam teknik terdesentralisir adalah hubungan dengan
pemerintah pusat akan terputus, sehingga pemerintah pusat kehilangan kendali
dalam proses rekrutmen.
3. Name Request
Teknik Name Request (kombinasi antara politik
dan pelayanan sipil). Teknik kombinasi antar politik dan sipil merupakan proses
rekrutmen yang melibatkan nilai-nilai political
responsiveness dan managerial
efficiency. Khusunya untuk lowongan-lowongan jabatan profesional dan administratif
tingkat atas, sistem ini lebih banyak dipergunakan tingkat atas, teknik name request ini sering dipergunakan,
walaupun teknik ini tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan.
Kelemahan-kelemahan tersebut
adalah:
a. Karena
dapat mengarah sistem cronyism dalam
pengangkatan seseorang dan bisa bertentangan dengan tujuan-tujuan social equity atau efficiency dari instansi-instansi.
b. Karena
bisa membatasi hak-hak pegawai
c. Dapat
secara tidak adil mengeluarkan nama-nama dari para pelamar yang telah ada lebih
dahulu dalam daftar
Pandangan lain berpendapat bahwa melalui teknik ini
instansi memungkinkan untuk mewawancarai dan melakukan praseleksi terhadap
pelamar yang memenuhi tuntutan kualifikasi. Dengan demikian akan dapat menekan
biaya terutama biaya surat menyurat.
E.
Alasan
Mengadakan Proses Rekrutmen
Ada beberapa
alasan yang mendorong suatu organisasi melakukan rekrutmen pegawai:
1. Berdirinya
organisasi baru
2. Adanya
perluasan kegiatan organisasi
3. Terciptanya
pegawai-pegawai dan kegiatan-kegiatan baru
4. Adanya
pegawai yang pindah ke organisasi lainnya
5. Adanya
pegawai yang berhenti, baik dengan hormat maupun tidak dengan hormat sebagai
tindakan punitif
6. Adanya
pegawai yang berhenti karena memasuki usia pensiun
7. Adanya
pegawai yang meninggal dunia
KESIMPULAN
Melalui
rekrutmen organisasi dapat melakukan komunikasi dengan pihak-pihak tertentu
untuk memperoleh sumber daya manusia yang potensial, sehingga akan banyak
pencari kerja dapat mengenal dan mengetahui organisasi yang pada akhirnya akan
memutuskan kepastian atau tidaknya dalam bekerja. Rekrutmen adalah kegiatan mencari, menarik pekerja baru
yang memiliki kemampuan, keahlian dan pengetahuan serta memenuhi syarat
tertentu dari suatu organisasi untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
Tujuan rekrutmen sering disebutkan adalah memikat sekumpulan
besar pelamar kerja, namun kumpulan-kumpulan pelamar tersebut sedemikian
besarnya sehingga sangat mahal biaya untuk pemrosesan.
Berbagai
penelitian dan pengalaman banyak orang dalam hal rekrutmen menunjukkan bahwa
kendala yang biasa dihadapi itu dapat mengambil tiga bentuk, yaitu kendala yang
bersumber dari organisasi yang bersangkutan sendiri, kebiasaan para pencari
tenaga kerja sendiri dan faktor-faktor eksternal yang bersumber dari lingkungan
dimana organisasi bergerak.
Perekrutan
pegawai yang dilakukan oleh organisasi publik maupun swasta mengenal tiga
teknik rekrutmen yaitu Centralized
Recruitment Techniqiue (Teknik Rekrutmen yang Disentralisasikan), Decentralized Recruitment Techniqiue (Teknik
Rekrutmen yang Didesentralisasikan), dan teknik Name Request (kombinasi antara politik dan pelayanan sipil).
Organisasi
publik perlu mengadakan proses rekrutmen karena berbagai alasan. Ada beberapa
alasan yang mendorong organisasi melakukan rekrutmen yaitu: berdirinya
organisasi baru, adanya perluasan kegiatan organisasi, terciptanya
pegawai-pegawai dan kegiatan-kegiatan baru, adanya pegawai yang pindah ke
organisasi lainnya, adanya pegawai yang berhenti, baik dengan hormat maupun
tidak dengan hormat sebagai tindakan punitif, adanya pegawai yang berhenti
karena memasuki usia pensiun dan adanya pegawai yang meninggal dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar